Jumat, 02 September 2016

Network society




Saat ini, kehidupan sosial budaya masyarakat memasuki era digital, dimana semua aktivitas manusia baik yang bersifat khusus ataupun umum dilakukan dengan bantuan teknologi dan internet, mulai pekerjaan kantor hingga memasak di dapur dibantu dengan adanya teknologi. Perkembangan teknologi informasi melahirkan yang namanya masyarakat jaringan atau Network society, yaitu simpul yang terkait satu sama lain. Hal ini sejalan dengan Teori Evolusi yang mengatakan bahwa perubahan dalam sistem transformasi dilakukan dengan teknologi yang ada.
Manuel Castells berpendapat bahwa komputer dan aliran informasi kini telah mengubah dunia dan menimbulkan beberapa masalah. Lebih jelas dalam buku “Perkembangan Masyarakat Informasi dan Teori Sosial Kontemporer” yang ditulis oleh Rahma Sugihartati dikatakan bahwa era digital telah melahirkan 3 tingkat pengaruh perubahan : (1) perubahan ditingkat individual (personal) ; (2) perubahan dintingkat antar-individual (inter-personal); (3) dan perubahan di tingkat masyarakat (social) . Pertama, pada tingkat individu, era digital telah menciptakan perubahan mendalam tentang pemahaman identitas. Setiap indvidu di dunia digital dapat berubah menjadi bermacam identitas hingga tak terhingga baik identitas itu asli ataupun identitas palsu. Perubahan identitas di era digital menurut Tredinnick (2008) memiliki 3 unsur yaitu : (1) Sedimentasi, identitas menjadi semakin menjauh dari proses dan konteks sosial dan identitas tersebut masuk dalam proses recorded dan stored. Dimana identitas seseorang di yakini dan di pahami dari isi informasi yang terekam dan terkumpul ada pada sebuah kartu, meliputi identitas pribadi dan tranksaksi perbankan maupun kegiatan lainya, sehingga kartu tersebut mewakili dari identitas seseorang untuk menunjukan siapa dirinya dan kelas sosialnya tanpa harus berinteraksi langsung dengan lingkungan sosial. (2) Virtualisasi, semua tindakan dan nilai individu dilihat dari identitas digitalnya, karena identitas digital individu tersebut  bisa di akses secara online dimana saja dan kapan saja dengan bantuan sistem integrasi data dan internet dan yang terakhir (3) adanya Fragmentasi, dalam hal ini identitas bukan lagi melekat pada diri invidu namun sudah terpisah dan diwakili oleh kartu pengenal hasil dari proses sedimentasi, sehingga identitas tidak  lagi dibentuk melalui interaksi maupun peran sosial, namun lebih kepada kegiatan dan validasi atas informasi yang terekam dan terkumpul pada kartu tersebut.
Kedua, pada tingkat interaksi sosial, kehadiran era digital telah melahirkan deteritorialisasi sosial yang artinya interaksi sosial tidak dilakukan didunia nyata melainkan di dunia maya. Yang ketiga, tingkat masyarakat di era digital dapat menciptakan model komunitas demokratis dan terbuka yang diisebut Rheingold dengan istiilah “komunitas imajiner”.  Dengan adanya tingkatan perubahan diatas maka tidak akan tidak mungkin adanya dampak negative di dunia digital. Maka menurut saya perlu adanya sistem keamanan yang bertujuan menciptakan keamanan di era digitalisasi ini

Daftar bacaan :
Castells, M. (n.d.). The power of identity: The information age: Economy, society, and culture. Retrieved May 25, 2015, from https://www.academia.edu/2215687/The_power_of_identity_The_information_age_Economy_society_and_culture
dpales. (n.d.). Book Review: The Power of Identity (Manuel Castells). Retrieved from https://networkmovements.wordpress.com/2012/03/06/book-review-the-power-of-identity-manuel-castells/
Sugihartati, R. (2014). Perkembangan Masyarakat Informasi & Teori Sosial kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Group.
Tredinnnick, Luke. (2008) Digital information Culture : The Individual and Society in the Digital Age, Britain :  Chandos Publishing.
Turkle, Sherry (1997) Life on The Screen : Identity in the Age of The Internet. tersedia pada http://web.mit.edu/sturkle/www/Life-on-the-Screen.html
Warschauer, Mark (1998) The information Age : economy, society and culture, Volume 2 : The Power of Identity pada jurnal Computer and Composition. tersedia pada http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S8755461598900603

7 komentar:

  1. Kl floridi mengistilahkannya digital alter ego utk identitas virtual,shngga rawan sekali trjadi impersonasi

    BalasHapus
  2. baca juga "identitas diri di dunia maya" dan "identitaas diri di dunia nyata" tulisan Ida F Priyanto di academia.edu

    BalasHapus
  3. Benar sekali di era seperti sekarang rawan terjadi pemalsuan identitas diri. Identitas diri di dunia maya bisa kita ciptakan sediri, tergantung seperti apa kita mau menciptakannya.

    BalasHapus
  4. Menarik Mas Fikri,dlm forum komunitas online penggunaan akun anonim memang marak salah satu tujuannya untuj melindungi privasi.

    BalasHapus
  5. Menarik Mas Fikri,dlm forum komunitas online penggunaan akun anonim memang marak salah satu tujuannya untuj melindungi privasi.

    BalasHapus
  6. Menarik Mas Fikri,dlm forum komunitas online penggunaan akun anonim memang marak salah satu tujuannya untuj melindungi privasi.

    BalasHapus
  7. Terima kasih Fikri, ada beberapa istilah baru yang baru didengar. Makin menambah pengetahuan tentang network society.

    BalasHapus