Saat ini, kehidupan sosial budaya masyarakat memasuki
era digital, dimana semua aktivitas manusia baik yang bersifat khusus ataupun
umum dilakukan dengan bantuan teknologi dan internet, mulai pekerjaan kantor
hingga memasak di dapur dibantu dengan adanya teknologi. Perkembangan teknologi
informasi melahirkan yang namanya masyarakat jaringan atau Network society, yaitu simpul yang terkait satu sama lain. Hal ini
sejalan dengan Teori Evolusi yang mengatakan bahwa perubahan dalam sistem
transformasi dilakukan dengan teknologi yang ada.
Manuel Castells berpendapat bahwa komputer dan aliran
informasi kini telah mengubah dunia dan menimbulkan beberapa masalah. Lebih
jelas dalam buku “Perkembangan Masyarakat Informasi dan Teori Sosial
Kontemporer” yang ditulis oleh Rahma Sugihartati dikatakan bahwa era digital
telah melahirkan 3 tingkat pengaruh perubahan : (1) perubahan ditingkat
individual (personal) ; (2) perubahan
dintingkat antar-individual (inter-personal);
(3) dan perubahan di tingkat masyarakat (social)
. Pertama, pada tingkat individu, era digital telah menciptakan perubahan
mendalam tentang pemahaman identitas. Setiap indvidu di dunia digital dapat
berubah menjadi bermacam identitas hingga tak terhingga baik identitas itu asli
ataupun identitas palsu. Perubahan identitas di era digital menurut Tredinnick (2008) memiliki 3 unsur yaitu : (1) Sedimentasi,
identitas menjadi semakin menjauh dari proses dan konteks sosial dan identitas
tersebut masuk dalam proses recorded dan stored. Dimana identitas
seseorang di yakini dan di pahami dari isi informasi yang terekam dan terkumpul
ada pada sebuah kartu, meliputi identitas pribadi dan tranksaksi perbankan
maupun kegiatan lainya, sehingga kartu tersebut mewakili dari identitas
seseorang untuk menunjukan siapa dirinya dan kelas sosialnya tanpa harus
berinteraksi langsung dengan lingkungan sosial. (2) Virtualisasi, semua
tindakan dan nilai individu dilihat dari identitas digitalnya, karena identitas
digital individu tersebut bisa di akses
secara online dimana saja dan kapan saja dengan bantuan sistem integrasi data
dan internet dan yang terakhir (3) adanya Fragmentasi, dalam hal ini identitas
bukan lagi melekat pada diri invidu namun sudah terpisah dan diwakili oleh kartu
pengenal hasil dari proses sedimentasi, sehingga identitas tidak lagi dibentuk melalui interaksi maupun peran
sosial, namun lebih kepada kegiatan dan validasi atas informasi yang terekam
dan terkumpul pada kartu tersebut.
Kedua, pada tingkat interaksi sosial, kehadiran era
digital telah melahirkan deteritorialisasi sosial yang artinya interaksi sosial
tidak dilakukan didunia nyata melainkan di dunia maya. Yang ketiga, tingkat
masyarakat di era digital dapat menciptakan model komunitas demokratis dan
terbuka yang diisebut Rheingold dengan istiilah “komunitas imajiner”. Dengan adanya tingkatan perubahan diatas maka
tidak akan tidak mungkin adanya dampak negative di dunia digital. Maka menurut
saya perlu adanya sistem keamanan yang bertujuan menciptakan keamanan di era digitalisasi
ini
Daftar bacaan :
Castells,
M. (n.d.). The power of identity: The information age: Economy, society, and
culture. Retrieved May 25, 2015, from
https://www.academia.edu/2215687/The_power_of_identity_The_information_age_Economy_society_and_culture
dpales.
(n.d.). Book Review: The Power of Identity (Manuel Castells). Retrieved from
https://networkmovements.wordpress.com/2012/03/06/book-review-the-power-of-identity-manuel-castells/
Sugihartati,
R. (2014). Perkembangan Masyarakat Informasi & Teori Sosial kontemporer.
Jakarta: Kencana Prenada Group.
Tredinnnick,
Luke. (2008) Digital information Culture : The Individual and Society in the
Digital Age, Britain : Chandos
Publishing.
Turkle, Sherry
(1997) Life on The Screen : Identity in the Age of The Internet. tersedia pada http://web.mit.edu/sturkle/www/Life-on-the-Screen.html
Warschauer,
Mark (1998) The information Age : economy, society and culture, Volume 2 : The
Power of Identity pada jurnal Computer and Composition. tersedia pada http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S8755461598900603
Kl floridi mengistilahkannya digital alter ego utk identitas virtual,shngga rawan sekali trjadi impersonasi
BalasHapusbaca juga "identitas diri di dunia maya" dan "identitaas diri di dunia nyata" tulisan Ida F Priyanto di academia.edu
BalasHapusBenar sekali di era seperti sekarang rawan terjadi pemalsuan identitas diri. Identitas diri di dunia maya bisa kita ciptakan sediri, tergantung seperti apa kita mau menciptakannya.
BalasHapusMenarik Mas Fikri,dlm forum komunitas online penggunaan akun anonim memang marak salah satu tujuannya untuj melindungi privasi.
BalasHapusMenarik Mas Fikri,dlm forum komunitas online penggunaan akun anonim memang marak salah satu tujuannya untuj melindungi privasi.
BalasHapusMenarik Mas Fikri,dlm forum komunitas online penggunaan akun anonim memang marak salah satu tujuannya untuj melindungi privasi.
BalasHapusTerima kasih Fikri, ada beberapa istilah baru yang baru didengar. Makin menambah pengetahuan tentang network society.
BalasHapus