Perpustakaan sebagai lembaga penyedia informasi mengalami berbagai
perkembangan. Setidaknya ada 5 perkembangan perpustakaan dari generasi ke
generasi. Perkembangan ini mencoba melihat dari sudut konsep “library as place”
yaitu :
- Collection centric (generasi I): Pada generasi ini, sebuah perpustakaan hanya memfokuskan pada koleksinya saja. Dimana pustakawan beranggapan bahwa koleksi merupakan bagian yang paling penting di perpustakaan, maka tak ayal bagi generasi ini model gedung perpustakaan yang biasnya tebal dengan tujuan menjaga koleksinya. Dampaknya adalah ruang untuk pengguna perpustakaan menjadi terbatas. Sehingga budaya perngguna pada generasi ini hanyalah sekedar meminjam koleksi tanpa berlama-lama membaca di perpustakaan.
- Client Focused (generasi II): Pada generasi kedua ini, perpustakaan lebih memfokuskan pada user, dimana layanan yang disediakan lebih banyak bertujuan untuk pemakai perpustkaan. Sebagai contohnya layar computer pada layanan sirkulasi perpustakaan, seharunya memiliki 2 layar yang menghadap pada pustakawan dan pemustaka. dengan begitu pemustaka dapat melihat koleksi apa yang sedang diproses pada layanan sirkulasi ini.
- Experience Centered (generasi III); Pada generasi ini, perpustakaan seakan memiliki sesuatu yang berbeda yang diberikan kepada pemustaka. Dengan sesuatu yang berbeda itulah perpustakaan paling tidak telah memberikan pengalaman atau experience pada pemustaka. sehingga pemustaka akan selalu mengingat hal itu.
- Connected Learning Experience (generasi IV): Pada Generasi keempat ini, perpustakaan sebagai lembaga yang memberikan pembelajaran pada pemustaka secara langsung. Biasanya bisa dengan cara mendatangkan pakar dari sebuah keilmuan, sehingga pemustaka bisa bertanya jawab dengan pakar secara langsung.
- Makerspace (generasi V): Pada generasi ini, konsep perpustakaan sebagai ruang tidak hanya sebagai tempat menyimpan koleksi buku. Tetapi lebih dari itu, yakni perpustakaan menyediakan segala macam kebutuhan yang sekiranya pengguna perpustakaan tersebut memerlukan. Misalnya saja, tempat reparasi laptop, charger laptop berbagai merek, tempat tidur bagi pemustaka, tempat makan dan minum, atau bahkan hal-hal yang tidak terpikirkan tapi dibutuhkan oleh pemustaka.
Dari penjelasan beberapa generasi perpustakaan diatas, kita dapat
mengetahui dan setidaknya menilai pada generasi berapa perpustakaan yang ada
disekitar kita, kita miliki atau kita kelola. Dari kemampuan menilai dan
mengetahui tingkat generasi perpustakaan ini, dapat dijadikan sebagai acuan
dalam melakukan perbaikan. Misalnya apabila perpustakaan selama ini masih pada
tingkat generasi 1 atatu 2, maka menurut saya perlu melakukan perubahan. Setidaknya
perpustakaan dapat mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Walaupun
pada kenyataannya hal itu sangat sulit dilakukan di Negara Indonesia. Sebagai
contohnya perpustakaan sekolah, dimana jenis perpustakaan ini di Indonesia
masih banyak yang berada pada generasi tingakt 1. Koleksi cetak yang sangat
banyak dengan jumlah space untuk membaca sangat minim.
Referensi :
- F. Priyanto, I. (2017). Pengantar ke Manajemen dan Disain Perpustakaan. Dipresentasikan pada Materi Kuliah Manajemen dan Disain Perpustakaan Sesi 2, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar